Saturday, October 23, 2010

Kerajaan Pompeii yang hilang akibat dari kemaksiatan yang dilakukan tanpa batasan

Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah roboh dan musnah berdekatan dengan kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Itali. Pompeii hancur oleh letusan gunung berapi Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbusi kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan kerajaan Romawi. Pasa masa ini kota Pompeii merupakan salah satu dari tapak Warisan Dunia UNESCO.




Lokasi
Pompeii terletak bersebelahan tenggara kota Napoli, berdekatan dengan kota moden Pompeii ketika ini. Kota ini berada di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai Sarno (dulunya dikenali sebagai "Sarnus"). Ketika ini kawasan ini agak jauh letaknya di daratan, namun dahulunya merupakan daerah yang berdekatan dengan pantai.

Pada abad pertama Masehi, Pompeii hanyalah salah satu dari kebanyakan kota-kota yang bertempat di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur kerana daerah pertaniannya subur. Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum juga menderita kerosakan atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius.



(ilustrasi komputer tentang kehancuran pompeii)


Vesuvius menguburi kota Pompeii
Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang, telah lama terbiasa dengan gegaran kecil, namun pada 5 Februari 62 terjadi gempa bumi yang hebat yang menimbulkan kerosakan yang cukup besar di sekitar teluk itu dan khususnya terhadap Pompeii. Sebagian dari kerosakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung berapi itu meletus. Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada gempa yang disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung berapi.

Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64, peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari Annales kerana hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan muncul dalam sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius mencatatkan bahawa maharaja ketika itu tidak mempedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahawa teater itu runtuh setelah orang-orang di dalamnya terperangkap.

Penulis Plinius Muda menulis bahawa gegaran bumi ketika itu "tidaklah begitu menakutkan kerana sering terjadi di Campania".

Pada awal Ogos tahun 79, mata air dan ladang-ladang mengering. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Ogos 79, dan menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disedari mereka ketika itu, dan pada suatu petang, 24 Ogos, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu merosakkan wilayah tersebut, menguburi Pompeii dan daerah-daerah sekitarnya. Kebetulan ketika itu adalah hari Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.







Lenyap selama 16 abad
Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan kaki gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan dilupakan. Kemudian kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari lapisan debu tebal dengan membongkar semua bangunan-bangunan dan lukisan dinding yang masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599 oleh seorang arkitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan baru untuk sungai Sarno, namun memerlukan lebih dari 150 tahun kemudian barulah satu usaha serius dilakukan untuk mengeluarkan kota ini dari timbunan tanah.

Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan penemuan-penemuan ini bahkan selepas dia diangkat menjadi raja Sepanyol. Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab penyelidikan pada 1860. Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Kemudian, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan teknik 'suntikan plaster' kedalam ruangan kosong didalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.

Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahawa Fontana menemukan beberapa korban dalam keadaaan 'berasmara' ketika penggalian yang dilakukannya, namun kerana nilai-nilai kesopanan yang amat kuat saat itu ia menguburkan mayat-mayat itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan penggalian oleh pasukan lain yang menyatakan bahawa daerah pengalian tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.


Forum (bangunan untuk keperluan sosial), bilik mandi, beberapa rumah/gedung dan sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000 meter persegi) ditemukan berdekatan dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan "Grand Hotel Murecine".

Fakta menyatakan bahawa Pompeii merupakan satu-satunya tapak kota kuno di mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan pengubahsuaian atau penambahan. Kota ini tidak pecahkan sesuai dengan pola-pola kota Romawi pada umumnya kerana permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi murni Romawi kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan memiliki bangunan-bangunan rumah dan kedai-kedai di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardusnya di ruang tengah forum. Decumanus adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari utara ke selatan.









Mengulang Sejarah Kaum Sodom dan Gomorah (Kaum Nabi Luth)?
Kemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahawa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh peningkatan jumlah lokasi perzinaan. Tidak terhitung banyakknya jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui pada ketika itu. Organ-organ kemaluan lelaki dengan ukurannya yang asal digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berpunca pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi, akan tetapi hendaknya dilakukan secara terbuka.

Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekelip mata. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu melarikan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir boleh dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menikmati makanan terawetkan pada ketika tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawet berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan.

Yang paling mengejutkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang sama jantina, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan lelaki dan wanita yang masih suci. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekelip mata tanpa mereka duga.







Aspek ini menunjukkan bahawa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa azab yang dikisahkan dalam Al-Qur'an mahupun bible tentang penghancuran peradaban kaum Nabi Luth iaitu Kaum Sodom dan Gomorah.

Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah martabat moralnya, rosak akalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik orang lain merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat berkuasa, sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas dan budaya hidup mereka adalah perbuatan homoseks di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.


Seorang pendatang yang masuk ke Sodom tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga, barangnya akan dirampas. Bila ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang bermuka tampan dan berparas elok, maka ia akan menjadi rebutan mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelaki ketika itu. Sebaliknya bila si pendatang itu seorang perempuan muda maka dia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.



Para utusan (malaikat) berkata: "Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, Yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. ( 11:81-83 )


Nota : Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12 surah diantaranya: Surat Al Anbiyaa' ayat 74 dan 75, Surat Asy Syu'araa' ayat 160 - 175, Surat Hud ayat 77 -83, Surat Al Qamar ayat 33 - 39 dan Surat At Tahrim ayat 10.

Tuesday, October 19, 2010

Amalan Beronani Memudaratkan...banyak kesan negatif yang akan ditanggung...

by Najibah Hassan

BANYAK istilah dilabelkan kepada perbuatan atau aktiviti ini. Ada yang memanggilnya melancap, beronani atau dalam bahasa Inggerisnya dikenali sebagai masturbation.
Kamus Dewan, Edisi Ketiga mendefinisikan maksud melancap sebagai berzina dengan tangan. Manakala, beronani pula sinonim dengan mengeluarkan air mani.
Apa pun panggilan, maksud atau pengertiannya, tujuannya sama. Secara umum, ia bermaksud melakukan rangsangan terhadap organ seks si empunya diri untuk mendapatkan keseronokan bagi kepuasan diri sendiri.
Terdapat pelbagai pandangan dari sudut kesihatan dan agama berhubung amalan yang telah wujud sejak berkurun lamanya.
Ada yang berpendapat, aktiviti ini harus dilakukan ketika dalam darurat, terutama bagi mengelakkan diri daripada melakukan hubungan seks `haram'.
Tidak kurang beranggapan amalan seperti ini diamalkan oleh mereka yang belum berkahwin, akan terhenti sebaik mereka berumah tangga. Namun, ini tidak sering berlaku.
Ketagihan kepada amalan seumpama ini, menyebabkan ada yang terikat hingga mereka berasa sukar meninggalkannya.
``Ada kalanya, mereka lebih cenderung bersendirian, untuk melakukan amalan tersebut daripada berinteraksi dengan pasangannya.
``Jika amalan ini mengundang kesan negatif sehingga menggugat kerukunan rumah tangga, individu terbabit memerlukan bimbingan pakar,'' demikian menurut Ketua Klinik Pakar, Pusat Kepakaran Reproduksi Manusia, Lembaga Penduduk & Pembangunan Keluarga Negara (LPPKN), Malaysia, Dr. Mohd. Ismail Mohd. Tambi.
Menurut beliau, perilaku ini berterusan kemungkinan individu terbabit memperoleh kenikmatan dan keseronokan yang tidak diperoleh melalui hubungan seks.
Bagaimanapun, seandainya amalan ini boleh menggugat hubungan dengan pasangannya, mahupun diri pengamal itu sendiri, sebaiknya amalan ini dihentikan.
``Ini kerana, ada sesetengah individu yang sanggup melakukan perlakuan ganas hingga mencederakan anggota kelaminnya semata-mata untuk merangsang nafsunya,'' jelas beliau.
Istilah masturbation berasal dari perkataan Latin, masturbare. Ia adalah gabungan dua perkataan Latin, manus - tangan dan stuprare - menodai, menodai dengan tangan.
Orentasi seksual manusia terbahagi kepada beberapa fasa dengan mengenali anggota kelamin mereka melalui sentuhan.
Fasa uretral, berlaku dari peringkat umur antara satu hingga dua tahun. Amalan beronani bermula dari peringkat kanak-kanak.
Bagi kanak-kanak lelaki, amalan memegang zakar sering dilakukan apabila mereka sukar tidur atau membolehkan kanak-kanak tersebut diam.
``Keseronokan memegang kemaluan mereka menyebabkan kanak-kanak ini tertidur,'' ujarnya.
Rasa tenteram, selesa, nikmat dan seronok menyentuh anggota kelamin mereka ketika kanak-kanak merupakan titik permulaan. Dengan erti kata lain, perilaku ini sebenarnya berlaku tanpa disedari.
Menurut beliau, keseronokan yang dinikmati daripada sentuhan secara spontan ini, menyebabkan individu terbabit cenderung untuk menerokanya.
Lama-kelamaan individu tersebut terus terikat dengan amalan tersebut. Selain menggunakan tangan, jika si pelakunya lelaki, biasanya dia menggunakan tangan atau sebarang alat tiruan penggetar seperti faraj untuk mencapai klimaks.
``Kepuasan seks ini akan tercapai melalui ejakulasi. Pada masa yang sama, individu terbabit akan berkhayal atau merangsang mindanya dengan melihat video lucah, gambar wanita tanpa pakaian atau apa saja,'' jelasnya.
Menurut Ismail, tidak diketahui dengan jelas sejak bila amalan beronani ini bermula. Bagaimanapun, penggunaan istilah `onani', diambil sempena nama salah seorang nabi terawal, Nabi Onan.
Baginda dikatakan dilaknati oleh Allah kerana telah melakukan perbuatan terkutuk mengeluarkan air mani di luar faraj isterinya.
Perbuatan tersebut dilakukan kerana baginda enggan isterinya hamil. Sehubungan itu, Ismail menjelaskan, penggunaan istilah `onani' tidak begitu tepat jika dibandingkan dengan melancap.
Mungkin tidak ramai yang mengetahui amalan beronani bukan didominasi oleh lelaki. Malah, wanita juga tidak terkecuali. Namun, peratusannya lebih tinggi di kalangan lelaki.
Mengulas berhubung kajian yang menyatakan amalan ini mempunyai kelebihan tertentu, Ismail tidak menafikan pendapat tersebut berdasarkan dari pandangan sains.
``Selain dapat mengenali fungsi syahwat dan proses reproduksi lelaki, amalan ini dipercayai dapat melegakan tekanan seksual.
``Ia dikatakan dapat menghindarkan individu terbabit daripada melakukan jenayah seks, mendedahkan diri daripada penyakit kelamin seperti jangkitan HIV atau AIDS dan seks rambang,'' jelas beliau.
Di Scandinavia, misalnya, topik ini menjadi satu isu yang dibincangkan secara terbuka dengan remaja lelaki dan perempuan.
Malah, bukan sesuatu yang mengejutkan kerana di negara terbabit, ada pakar-pakar yang membimbing remaja lelaki teknik beronani yang baru. Ini semua dilakukan untuk melegakan tekanan atau perasaan seksual.
Melalui pendekatan seumpama ini, jumlah remaja dan orang dewasa yang terlibat dalam jenayah seks di negara tersebut dikatakan paling minimum atau hampir tiada.
Baru-baru ini, penyelidikan yang dilakukan oleh Majlis Kanser Australia Victoria mendedahkan, lelaki yang berusia antara 20 hingga 50 tahun berisiko rendah menghidap kanser prostat jika mereka kerap mengalami ejakulasi.
Kajian tersebut menyatakan, lelaki sihat yang beronani atau melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya sekali sehari, kurang satu per tiga untuk mendapat kanser yang membunuh lebih sejuta lelaki setiap tahun.
Secara umum, kata Ismail, amalan beronani tidak memudaratkan sekiranya ia sekadar melepaskan nafsu.
``Masalah yang timbul ialah apabila ada sesetengah yang melakukan amalan ini terlalu kerap dan ganas.
``Ada sebahagian individu yang sanggup memintal, menarik atau menggesel zakar sehingga mencederakan anggota reproduktif tersebut,'' katanya.
Dari sudut agama, amalan ini dilarang keras, kerana ia merupakan satu penyeksaan kepada diri sendiri dan batin.
Selain itu, ia mendedah dan melambangkan keperibadian yang lemah dan tidak mempunyai jati diri yang kukuh kerana tunduk kepada hawa nafsu.
Memandangkan amalan ini dilihat seperti membazir air mani, yang dianggap sebagai sumber asas untuk mendapat zuriat, maka pelbagai pendekatan digunakan untuk menghalang lelaki melakukannya.
Justeru, seperti termaktub dalam sejarah, amalan yang dianggap seperti memerah darah dari tubuh ini dikatakan boleh merosakkan mental, otak mereng, keletihan dan ketumbuhan bulu roma yang banyak di tangan.
Bahaya beronani:
Berdasarkan kajian, mereka yang melakukan amalan beronani seperti ini berkemungkinan menghadapi masalah mati pucuk atau disfungsi erektil (DE).

Kesannya, lama-kelamaan individu yang melakukan amalan ini akan hilang keseronokan melakukan hubungan seks dengan pasangannya.
Amalan ini juga boleh menyebabkan rasa gelisah dan resah kepada si pelakunya jika individu terbabit tidak dapat melakukannya.
Sekalipun, ketagihan kepada amalan ini tidak dikategorikan sebagai penyakit mental, tetapi ia boleh mengganggu kesihatan mental seperti kemurungan.
Wanita yang mengamalnya juga boleh mengalami komplikasi kebas pada anggota kelamin jika dilakukan secara ganas.
Tip mengelakkan beronani:
- Elakkan bersendirian
- Elakkan membaca novel romantis atau mengghairahkan
- Elakkan menonton video, wayang gambar atau cerita-cerita mengghairahkan
- Libatkan diri dalam aktiviti berkumpulan seperti senaman atau bersukan.
Panduan ibu bapa:
- Bilakah kanak-kanak mula berminat mengetahui tentang seks?
Agak sukar bagi ibu bapa mengetahui tentang permulaan ini. Rata-rata ibu bapa lebih suka menutup mulut daripada bercakap isu tentang seks. Subjek ini tidak boleh dielakkan.
Namun, naluri ingin tahu tentang diri mereka sendiri adalah sesuatu yang sihat dan normal.
Menjawab pertanyaan tentang seks adalah salah satu tanggungjawab yang cukup berat bagi ibu bapa.
- Apakah jenis tingkah laku seksual yang ditunjukkan oleh kanak-kanak?
Kanak-kanak biasanya akan menyentuh diri mereka ketika tidak berpakaian seperti di bilik air atau memakai lampin.
Ibu bapa seharusnya memberi reaksi sama ada tindakan mereka wajar atau sebaliknya.
Jangan malukan atau memarahi mereka jika kanak-kanak berminat mendalami tentang tubuh mereka.
Ibu bapa juga perlu menjelaskan kepada anak-anak bahawa bahagian anggota kelamin mereka sebagai sesuatu yang peribadi.
Begitu juga dengan beronani, ibu bapa seharusnya mengambil berat jika kanak-kanak kelihatan leka dengan aktiviti ini.
Ada kalanya, mangsa penderaan seksual selalunya leka dengan aktiviti merangsang diri sendiri.
- Wajarkah melabelkan bahagian sulit dengan gelaran-gelaran tertentu?
Apabila kanak-kanak berusia tiga tahun, ibu bapa boleh memilih untuk menyebutnya dengan istilah anatomi yang betul.
Mungkin, ia kelihatan agak klinikal, tetapi tidak salah menggunakan label yang betul apabila kanak-kanak telah boleh bertutur.
Sebagai contoh, perkataan zakar, faraj dan sebagainya seharusnya dinyatakan secara fakta.
Dengan cara tersebut, kanak-kanak akan mempelajari sesuatu dengan cara yang betul tanpa rasa malu. Sekalipun, anak anda tidak bertanya tentang seks, jangan sesekali mengabaikannya.
Jika usianya telah mencecah usia lima tahun, anda boleh mula dengan memperkenalkan buku tentang perkembangan seksual berdasarkan kesesuaiannya.
Ramai ibu bapa menghadapi masalah untuk menggunakan perkataan yang betul, tetapi banyak buku yang dapat membantu.

Sunday, October 17, 2010

"Lelaki sukakan Lelaki (GAY) dan Wanita sukakan Wanita" (LESBIAN) ...Apa sudah jadi ni?...Sudah lama merebak bagaikan barah yang menular.

Aadakah pembaca blogku masih ingat kejadian yang pernah berlaku di sebuah kota di Itali iaitu Kota Pompeii??? Atau pembaca blogku masih kabur-kabur lagi cerita disebalik kota ini.? Kali ini ingin saya paparkan bagaimana sebuah kota yang mashyur akhirnya lenyap ditelan bumi hanya kerana bertindak diluar tabii manusia.  Ya Allah, ini lah yang paling saya takutkan apabila negara kita semakin lama semakin ramai yang cuba mengikuti budaya ini sedangkan mereka tahu hukum hakam disebalik perbuatan mereka. 

Gaya hidup begini juga atau lebih tepat lagi "Lelaki sukakan Lelaki (GAY) dan Wanita sukakan Wanita" (LESBIAN) sudah lama merebak bagaikan barah yang menular.. Malah sebahagiannya tanpa segan silu melakukannya di khalayak ramai dan ada pula yg terang-terangan mengiklankan diri demi kepuasan nafsu gila yg tak berpenghujung.

Al-Quran menceritakan kepada kita dalam ayat berikut bahwa tidak akan ada perubahan dalam hukum Allah.


"Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sebenar-benar sumpahnya: Demi sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang Rasul pemberi ingatan dan amaran, sudah tentu mereka akan menjadi orang-orang yang lebih betul jalan agamanya dari sebarang umat yang lain. Setelah datang kepada mereka seorang Rasul pemberi ingatan dan amaran, (maka kedatangannya itu) hanya menyebabkan mereka bertambah liar dari kebenaran, (42) Sambil bersikap sombong takbur di muka bumi dan berusaha merancangkan rancangan-rancangan jahat (terhadap Rasul itu), sedang rancangan yang jahat itu tidak menimpa melainkan orang yang menjalankannya. (Dengan keadaan yang demikian, maka) tidak ada yang mereka tunggu selain daripada berlakunya kebinasaan menimpa mereka (sebagaimana yang telah menimpa) orang-orang kafir yang telah lalu. Kerana engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang perubahan bagi "Sunnatullah" (undang-undang peraturan Allah) dan engkau tidak sekali-kali akan mendapati sebarang penukaran bagi peraturan "Sunnatullah" itu. (43)- (Q.S: Al-Fatir 42 - 43).








Begitulah, “…sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah…”. Siapapun yang menentang hukum Allah dan berusaha melawanNya akan terkena sunnatullah yang sama. Pompeii, yang merupakan simbol daripada keruntuhan akhlak yang dialami kekaisaran Romawi, adalah pusat perzinaan dan homoseks. Nasib Pompeii sama seperti yang dialami oleh kaum Nabi Luth as. Kehancuran Pompeii terjadi melalui letusan gunung berapi Vesuvius. Gunung Vesuvius adalah simbol negara Itali, khususnya kota Naples. Gunung yang telah membisu sejak dua ribu tahun yang lalu itu juga dinamai “The Mountain of Warning” (Gunung Peringatan). Tentunya pemberian nama ini bukanlah tanpa sebab. Azab yang menimpa penduduk Sodom dan Gommorah, yakni kaum Nabi Luth as, sangatlah serupa dengan bencana yang menghancurkan kota Pompeii. Di sebelah kanan gunung Vesuvius terletak kota Naples, sedangkan kota Pompeii berada di sebelah timur gunung tersebut. Lava dan debu daripada letusan maha dahsyat gunung tersebut yang terjadi dua milenium yang lalu memusnahkan penduduk kota tersebut. Malapetaka itu terjadi dalam waktu yang sangat mendadak sehingga menimpa segala sesuatu yang ada di kota termasuk segala aktiviti sehari-hari yang sedang berjalan. Aktiviti yang dilakukan penduduk dan segala peninggalan yang ada ketika bencana terjadi kini masih tertinggal sama seperti ketika bencana tersebut terjadi dua ribu tahun yang lalu, seolah-olah waktu tidak berubah dari tempatnya. Pemusnahan Pompeii daripada muka bumi oleh bencana yang demikian dahsyat ini tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau pelacuran. Tersangat banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak diketahui. Organ-organ kemaluan lelaki dengan ukurannya yang asli digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat tersembunyi; akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka. Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam sekelip mata. Yang paling menarik daripada peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu melepaskan diri daripada keganasan letusan Vesuvius. Hampir dapat dipastikan bahawa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang terjadi secara mengejut tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad daripada satu keluarga yang sedang asyik menikmati makanan dapat dikesan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan. Yang paling menghairankan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan lelaki dan wanita yang masih di bawah umur. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi terperanjat, seolah2 bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam masa yang amat singkat. Dalam konteks ini, terdapat aspek daripada bencana tersebut yang sangat sulit untuk difahami. Bagaimana boleh terjadi ribuan manusia tertimpa maut tanpa melihat dan mendengar sesuatu apapun? Aspek ini menunjukkan bahawa penghancuran Pompeii sama seperti peristiwa-peristiwa azab yang dikisahkan dalam Alqur'an, sebab Alqur'an secara khusus mengisyaratkan “pemusnahan secara tiba-tiba” ketika mengisahkan peristiwa yang demikian ini. Contohnya, “penduduk suatu negeri” sebagaimana disebut dalam surah Yaasiin ayat 13 musnah bersama-sama secara keseluruhan dalam waktu sekejap. Keadaan ini diceritakan sebagaimana berikut : “Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati.” (QS. Yaasiin, 36:29). Di dalam surah Al-Qamar ayat 31, pemusnahan dalam waktu yang singkat kembali disebut ketika kehancuran kaum Tsamud dikisahkan:“Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras , maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.” Kematian penduduk kota Pompeii terjadi dalam waktu yang sangat singkat sama sebagaimana azab yang dikisahkan dalam kedua2 ayat di atas. Walaubagaimanapun semua peringatan ini diberikan, tidak banyak yang berubah di wilayah di mana Pompeii dulunya pernah ada. Daerah2 Naples tempat segala kemaksiatan tersebar luas tidaklah jauh berbeda dengan daerah2 di Pompeii. Pulau Capri adalah tempat para kaum homoseksual dan orang-orang yang hidup telanjang tanpa pakaian tinggal. Pulau Capri diiklankan sebagai “syurga kaum homoseks” dalam industri pelancongan. Tidak hanya di pulau Capri dan di Itali, bahkan hampir di seluruh dunia, kerosakan moral sedang terjadi dan sayangnya mereka tetap saja tidak mahu mengambil pelajaran daripada pengalaman pahit yang dialami kaum-kaum terdahulu.
KAUM LUT

Kaum Lut ialah kaum Nabi Lut A.S. Mereka mendiami negeri Sodom ( Jordan ) di pinggir Laut Mati. Kehidupan mereka ini juga sangat mewah. Lantaran kemewahan yang lebih, mereka telah di hinggapi oleh penyakit moral ( akhlak ) yang besar, iaitu amalan ‘homoseks’. Nabi Lut diutuskan oleh Allah untuk menyeru kaum yang sesat ini supaya beriman kepadaNYA dan meninggalkan tabiat yang buruk itu. Namun mereka bertindak mempersenda Nabi Lut. Allah telah mengutuskan 2 malaikat yang merupakan diri mereka seperti lelaki, mendatangi Nabi Lut. Malaikat-malaikat itu menjelaskan kepada Nabi Lut bahawa mereka sebenarnya adalah utusan Allah. Kaum Nabi Lut yang derhaka itu akan diturunkan bala bencana oleh Allah dengan cara menurunkan HUJAN DARIPADA BATU-BATU BERAPI yang menyebabkan semua harta benda mereka terbakar. Kemudian bumi Sadum juga dibalikkan, menyebabkan kaum Lut yang derhaka itu binasa sama sekali. Rasulullah SAW bersabda ; yang bermaksud “Sesungguhnya yang paling aku takuti berlaku atas umatku ialah amalan Kaum Lut.” Sabda Baginda lagi, yang bermaksud: “Apabila berlaku kezaliman ke atas rakyat kafir yang berlindung di negeri Islam, maka negeri itu merupakan negeri musuh. Apabila berlaku zina, maka gadis-gadis Islam akan dirampas menjadi tawanan. Apabila berlaku homoseks, Allah akan biar biarkan mereka sehingga di lembah mana mereka akan binasa.” 
Perbuatan homoseksual atau fenomena hubungan seks sesama jenis tidak sepatutnya berlaku jika kita memahami hakikat kenapa manusia dijadikan Allah s.w.t. Manusia dijadikan secara alaminya berbeza, termasuk perbezaan jantina. Perbezaan jantina membuktikan adanya hasrat untuk hidup bersama, berkongsi sesuatu yang tidak dipunyai oleh jantina yang berlawanan. Semuanya itu diciptakan dengan asas dan tujuan yang satu, menjadikan hidup manusia bermasyarakat, beretika dan menghormati perbezaan. Allah s.w.t mencipta manusia lelaki dan perempuan, dan kerana itu tidak ada kelainan jantina selain dari itu.

Seorang lelaki dapat merasai nikmat apabila hidup bersama seorang wanita dalam konteks perkahwinan yang sah. Ketika itulah manusia mungkin sedar fungsi kekeluargaan, antara lelaki dan wanita akan menambahkan zuriat. Zuriat inilah yang menjadikan kelangsungan umat.

Kita semua patut berasa malu apabila baru-baru ini seorang pengawal keselamatan yang beragama Islam dan berbangsa Melayu dihukum penjara enam bulan oleh Mahkamah Sesyen selepas mengaku bersalah menyiarkan gambar tidak senonohnya melakukan hubungan sejenis dengan lelaki lain di Internet.

Manakala pada penghujung Mei, pihak berkuasa menangkap sebilangan pelanggan sebuah spa dan urutan untuk golongan homoseks di Cheras, Kuala Lumpur. Sebahagian besar daripada pelanggan itu juga berbangsa Melayu dan beragama Islam. Setelah itu, tujuh orang lelaki lagi ditahan di Pulau Tikus, Pulau Pinang kerana disyaki terlibat dengan gejala serupa. Perilaku ini semakin berkembang.

Nampaknya sesuatu perlu dilakukan segera untuk membendung gejala homoseks yang sedang ganas melanda negara tercinta ini. Gejala ini sudah terlalu parah. Justeru ubat untuk merawatnya juga perlulah kuat, keras dan mendalam. Undang-undang jenayah syarie juga kurang jelas, kerana pasangan sesama jenis yang berada dalam keadaan yang mencurigakan tidak boleh didakwa atas tuduhan khalwat. Takrif khalwat hanya terhad kepada pasangan lelaki dan wanita, tidak tertakluk kepada pasangan sesama jenis. Begitu juga peraturan-peraturan kecil yang digunapakai oleh Pihak Berkuasa Tempatan. Pasangan sejenis yang berdua-duan secara mencurigakan di tempat awam, terlepas dari tuduhan melakukan khalwat, maka atas kelemahan itu menjadikan perilaku ini semakin berkembang.

Secara institusinya, kita memerlukan satu peraturan yang tegas. Kita perlukan pindaan, kalaupun tidak sebuah akta yang baru. Kita perlu mentakrifkan semula “makna berdua-duaan secara mencurigakan” kerana kekhususan khalwat hanya terpakai dalam aksi antara lelaki dan wanita.

Justeru itu perlu ada peruntukan di bawah kesalahan jenayah syariah di mana kita boleh mengambil tindakan dari segi undang-undang terhadap pasangan sejenis yang berada dalam situasi yang mencurigakan seperti mana juga yang kita telah peruntukan undang-undang terhadap kesalahan berkhalwat.

Tanpa rasa khuatir dan takut menerima tekanan kelompok ini, penggubal undang-undang mesti berani beriltizam untuk tidak menyemarakkan budaya yang bercanggah dengan etika, moral dan nilai agama. Kita mungkin boleh menjadikan apa yang pernah berlaku semasa zaman Nabi Nuh a.s sebagai pengajaran.

Apa yang sedang berlaku kini amat memalukan. Bagaimanapun, tanpa disedari, sebenarnya kita sendiri menjadi punca hingga menyebabkan golongan homoseksual semakin membiak dan berani.

Pelik, mengapakah golongan ini terus wujud dan semakin berkembang biak walaupun mereka tahu bahawa perbuatan itu dikutuk oleh agama dan bercanggah dengan undang-undang?

Dalam hal ini, pihak kerajaan perlulah bertindak dengan lebih cepat, tegas dan agresif dalam menanganni isu ini kerana ini kerana, majoriti yang terlibat dengan gejala homoseks tersebut adalah anak-anak muda Melayu yang beragama Islam.  Islam juga menganjurkan supaya mengajak saudara-saudara kita supaya menjauhi perbuatan yang dilarang agama. Jika usaha itu berjaya, kita akan mendapat rahmat dari Allah s.w.t....insyallah